CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS

21 March 2009

Bekasi dalam lintasan sejarah

Oleh : Nurul 'Atiq Tajuddin

Studi sejarah bisa didekati dalam tiga cara: kronologis, interpretatif, dan falsafah sejarah. Pendekatan pertama banyak memberikan apresiasi pada adegan demi adegan kejadian sejarah. Runtutan peristiwa menjadi titik tekannya. Pendekatan kedua lebih banyak menyimpulkan pemenang sebagai pemilik sejarah. Pemenang adalah benar dan yang kalah adalah salah. Sedangkan pendekatan falsafah sejarah lebih suka menyibukkan diri pada mencari elan vital atau ruh penggerak dari peristiwa yang menyejarah. Motifnya cukup clear, yaitu dengan mampu menangkap ruh sejarah diharapakan dapat menginspirasi masyarakat untuk melaksanakan mimpi kemanusiaan pada sejarahnya sendiri.

Penemuan situs Buni setidaknya mengisahkan kepada kita tentang adanya sebuah peradaban besar yang pernah tumbuh dan berkembang di bumi Bekasi, kerajaan Tarumanegara yang dipimpin oleh Mulawarman sebagai raja pertama kerajaan Tarumanegara dan Purnawarman sebagi raja yang membawa Tarumanegara menuju puncak kejayaannya, yang bisa disebut sebagai pemimpin awal orang Bekasi, abad ke 5 Masehi. Karyanya yang monumental bagi rakyat Bekasi masih dapat kita lihat. Sebagai pemimpin, raja Purnawarman berkhidmat kepada rakyatnya dengan mempersembahkan sungai multifungsi yang langsung bermuara ke laut. Sungai sepanjang kurang lebih 10 km tersebut, beliau selesaikan dalam waktu 21 hari sebagai sarana pengairan pertanian dan penanggulangan banjir, yang peresmiannya menyembelih 1000 ekor lembu.
Selain kemakmuran yang beliau persembahkan kepada rakyatnya, manfaat lain dari sungai besar itu adalah semakin terbukanya kepribadian rakyat Bekasi sebagai akaibat intensitas persentuhannya dengan dunia luar. Serta merta orang Bekasi memiliki ciri umum masyarakat pantai utara yang terbuka, egaliter, mudah menerima perubahan dan sukses berasimilasi dengan kaum pendatang; termasuk proses pemelukan Islam oleh kakek buyut kita. Proses tersebut membentuk masyarakat Bekasi menjadi sangat agamis, selalu dinamis dan metropolis.
Riwayat Bekasi pasca berdirinya republik adalah sejarah peminggiran. Sebuah proses panjang yang mengakibatkan hati dan batin warga serta pembangunan fisik kabupaten Bekasi sebagai “yang terpinggirlan”. Kondisi yang kita alami ini rasanya tidak sebanding dengan jasa dan cucuran keringat masyarakat Bekasi yang begitu gagah berani dan gigih dalam menopang perjuangan melawan rongrongan penjajah nusantara.
Dipenghujung pendudukan Belanda tercatat tidak kurang dari 23 pertempuran berdarah dilakukan warga Bekasi melawan tentara Belanda. Pada situasi genting menjelang 17 Agustus 1945, beberapa pemuda menyelamatkan Bung karno dan Bung Hatta dengan bersembunyi di wilayah Bekasi yang pada saat itu sepenuhnya berada dalam penguasaan pasukan Hizbullah-Sabililllah pimpinan Kiyai Noer Alie. Bukan hanya itu, pada akhir 1948, Bekasi tetap memainkan peran strategisnya sebagai pusat dan wilayah pertempuran dan pertahanan terakhir terhadap laju agresi sekutu yang mencoba mamasuki ibukota dari sebelah timur. Patriotisme luar biasa rakyat Bekasi itulah yang mengilhami Chairil anwar untuk mengabadikannya dalam puisi “Antara Karawang-Bekasi”.
Dalam catatan sejarah, ternyata patriotisme orang Bekasi telah berurat akar pada abad-abad sebelumnya. Orang Bekasi terlibat dua kali dalam pertempuran penting Sultan Agung menyerang VOC di Sunda Kelapa bekerjasama dengan Pangeran Jayakarta dan Tubagus Angke. Sekalipun hasilnya tidak berpihak kepada pasukan Sultan Agung, namun fakta tersebut sudah cukup untuk menegakkan kapala kita sebagai anakan turun dari para pejuang anti kolonial.
Dari kilasan sejarah di atas, setidaknya melecut diri kita semua untuk dapat merengkuh dan menginternalisasi berbagai kearifan lokal di atas untuk menjadi etos kebangkitan sejarah Bekasi. Fakta bahwa secara bertahun-tahun Bekasi hanya menjadi penopang dan pelengkap bagi eksistensi ibukota negara, haruslah dapat kita optimalkan kemanfaatannya. Namun begitu, dengan tetap memperhitungkan interkoneksi dan keberlanjutan pembangunan dengan ibukota negara dan kota-kota tetangga lainnya, kita harus dapat menemukan arah besar pembangunan Bekasi secara mandiri.


0 comments:

Post a Comment